"Sukseskan Wajib Sekolah Sembilan Tahun"
Mmm…ya..ya.. kalimat ini pasti pernah kita dengarkan di lingkungan kita. Bahkan di televisi pun dipamerkan hal yang berbau seperti itu. Salah satu program pemerintah dalam bidang pendidikan ini memang diharapkan bisa membantu semua anak-anak bangsa sehingga mereka tidak terlalu ketinggalan, atau dengan bahasa kasarnya supaya tidak bodoh. (maaf yaa…)!
Keberhasilan atau keefektifan program tersebut pasti tidak mengena untuk semua masyarakat. Pasti ada saja yang masih terpuruk alias di luar dampak sang program yang bersangkutan. Saya kira tidak perlu disebutkan satu-satu karena masih sangat banyak terjadi kejadian yang seperti itu. Belum lagi ada yang namanya bantuan BOS yang dengar-dengar nama aslinya Bantuan Operasional Sekolah.
Sebenarnya bukan ini yang akan dikeruk pada tulisan ini. Ada hal lain yang lebih menusuk tapi tidak terlalu kita sadari bahwa sebenarnya kita ini bagaikan sebuah robot layaknya siswa yang ada di film 3 idiots, kecuali yang satu.
Inilah kalimatnya:
“BAGAIMANA SEANDAINYA KITA DIBERI KEBEBASAN DALAM MEMILIH ILMU YANG KITA INGINKAN DAN CITA-CITAKAN UNTUK DIDALAMI, TANPA HARUS MEMBUANG WAKTU UNTUK HAL (PELAJARAN) YANG TIDAK TERLALU DIPERLUKAN”
Seperangkat kata di atas belum cukup untuk menggambarkan semua yang terpikirkan. Sangat kompleks tapi kecil. Seperti apakah itu?
Semenjak kita kecil, kita sudah dituntun untuk menjalani semua yang telah terjalani yang katanya baik dan untuk masa depan orang yang dituntun. Memang benar adanya, karena itulah yang sudah melekat pada kehidupan kita dan kita sudah beradaptasi dengan hal yang seperti itu.
Tapi keadaan itu baik untuk mereka yang masih duduk di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah pertama (secara subjektif), tapi rasanya sudah harus mulai berubah pada masa sekolah menengah keatas. Yaa…, apalagi pada masa kuliah dimana kebebasan sudah mulai meningkat seiring peningkatan usia. Bisa terbayangkan tidak? Kalau bisa, syukurlah.
Kita tinggalkan masa SMA itu dan mari kita beralih ke dunia perkuliahan. Inilah dunia dimana tidak semunya harus bebas layaknya masa sekolah dahulu, apalagi dalam hal sistem pendidikannya. Dalam proses belajar mengajar memang diberikan kebebasan untuk memilih yang mana yang diinginkan tapi bukankah pada akhirnya kita harus menjalani semua mata kuliah.
Maksud saya seperti ini. Alangkah baiknya bila mata kuliah yang dalam tanda kutip “tidak terlalu disukai/dibutuhkan untuk masa depan kita secara pribadi” tidak usah diambil. Bukankah itu suatu pemborosan waktu, menjalani sesuatu yang pada akhirnya hanya untuk mengisi lembaran nilai. Bahkan manfaatnya tidak pernah dirasakan, hanya sekedar penyenang hati orang lain. Layaknya orang yang masuk ke dalam ruang kuliah dan hanya datang, duduk, diam, dengar, dongo’ dan kemudian pulang. Apa gunanya gitu lho. Apa bedanya dengan tidur di rumah, dan tidak kuliah. Coba bayangkan!
Memang ada tujuan lain dari pihak universitas sebagai lembaga pendidikan, salah satunya adalah bahwa mata kuliah lain itu sebagai penambah wawasan. Karena ada opini yang mengatakan kalau keluaran dari lembaga yang bernama kampus itu lebih menonjolkan pada segi soft skill. Bukan pada hal yang teknis, seperti merakit atau apalah yang berhubungan dengan hal seperti itu. Namun ada yang harus diingat dan tidak dapat dipungkiri bilamana nantinya setelah kuliah pastinya orang akan mencari pekerjaan. Bukan begitu?
Nah, maksud dan bayangan pemikiran saya adalah kalau mata kuliah yang bisa dikesampingkan itu diganti dengan mata kuliah yang bagi mahasiswa lebih menarik dan memberi manfaat yang real tapi bukan dihilangkan. Karena pasti masih ada tentunya yang membutuhkan. Direplace dengan mata kuliah lain yang bagi mahasiswa lebih bermanfaat bagi kehidupan mereka selanjutnya apalagi dalam bidang profesi. Karena bagi saya secara pribadi, lebih baik mempelajari apa yang dibutuhkan untuk masa depan daripada mempelajari apa yang ternyata nantinya tidak terlalu diperlukan/dibutuhkan.
Saya mengambil contoh kasus dari pengalaman pribadi. Dan rasa yakin mendukung kalau bukan hanya satu orang secara pribadi saja yang merasakannya, saya manusia dan orang kuliahan lain juga manusia. Tapi untuk menyebutkan mata kuliah apa itu kemungkinan sangat minim. Tapi mari kita coba untuk merasakannya sendiri. Pasti ada, meskipun bukan sekarang.
Mmm…apa lagi ya yang harus dilontarkan??? Bingung berpikir!
Itulah yang selama ini saya pikirkan dan rasakan. Walaupun sulit untuk mengeksekusinya karena power yang kurang. Ada memang yang mengatakan kalau bila mainset seperti itu artinya memang sudah salah jalan dari pertama. Ini adalah universitas, bukan sekolah tinggi atau sekolah pengembangan profesi. Ada benarnya juga. Lain hal untuk mereka yang kurang setuju, pun tidak ada salahnya. Karena semuanya pasti ada segi benar dan tidaknya.
Oh iya, Maaf kalau hanya negatifnya yang dilontarkan, hanya bermaksud untuk membangun. Bukankah kesempurnaan itu didapatkan dari adanya satu yang rusak dan diperbaiki. Layaknya antivirus yang semakin canggih dengan adanya virus yang bermunculan. Bukan berarti menjelek-jelekkan sistem pendidikan yang ada. Tapi…mm, ya begitulah!
Cukup sampai disini lukisan yang subjektif ini.
Salam!
semester 3 pasti terulang lagi.
ReplyDeleteBiar berhasil itu bukan sekadar harus nurut sama yg perlu, tapi juga harus cuek sama yg ga penting. -Kata pak Mario Teguh.
ReplyDeleteBegitulah. Buktinya, setelah kuliah, ada ilmu hebat yang sangat membantu kinerja kita serta meningkatkan kualitas kehidupan kita. Disamping itu juga ada ilmu yang sama sekali tidak ada manfaatnya. Tapi kita bangga sekali karena merasa pintar dengan memerami ilmu itu -ilmu yang tidak bisa dimanfaatkan sama sekali- *tidak selaras dengan visi*