Mmm.... Berbicara mengenai kegiatan memang membutuhkan banyak pengorbanan. Entah itu besar ataupun kecil. Tapi lebih parah memang kalo berkorban besar. Udah rugi, ndak ikhlas pula kalo terpaksa(kadang-kadang). Tapi kalau ikhlas baik tonji juga, yaa kayak saya mi.
By the way, kemaren (Minggu, 31-01-2010) cokke’, aco, dan saya pergi ceklok di soppeng. Tepatnya di lejja, dan paling tepatnya di villanya vita. Kalo ndak salah hakata resort namanya. Astafirullah…. Bagusnya itu villa. Tapi sebelum cerita itu villa ada baiknya kalo dicerita dari awal permulaannya, ok ga’?
All right, karena dulu saya pernah ceklok di tabo-tabo yang di pangkep. Memang enak ki -dan tabo-tabo. Lewat maros - pangkep sana, aco sama doddy yang mimpin ekspedisi…hahahaha…. Saya kodonk sama cubo hanya terpana, terpaku, dan kemudian terpalu melihat apa yang di jalanan.
Memang agak jauh ki masuk ketika belok mi pangkep, tapi lumayanlah jalanannya baik. Dan sampai di dalam kayak agak keramatki saya lihat itu tempat apalagi ada dua rumah kosong yang, mmmm…. Kata-kata yang dilukis di situ saja menakutkan. Hahahahahaha…… hutan betul ki tempatnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan penduduk. Tapi ndak jadi ki di situ karena mahal sekali. Masa sewa tempat saja ampe empat juta. Wooww…
Yup, kembali lagi ke cerita awal dimana adam dan hawa diciptakan. Wkwkwkwk,,,… kenapa lari ke situ yaa.. ok, karena saya kira itu soppeng ndak terlalu jauh jadi saya accept mi kalo saya pengen ikut ke sana. Saya coba Tanya-tanya, eh jauh ka itu soppeng? Jauh ka? Mereka bilang memang jauh sekitar 2oo-an km. tapi ndak terlalu percaya ka. perasaan kalo dari toraja dilewati ji itu.
Jadi..ahh bodo amat, yang penting ikut dan bisa jalan-jalan. Inilah rute perjalanan kami: makassar - maros - pangkep - barru - trus motong ke bulu dua (betul mi k namanya itu? Itu ji dua nya yang ku ingat. Pokoknya motong gunung deh) - soppeng - dan terdampar di lejja. Perjalanan yang sangat panjang. Kemarin itu rencana berangkat jam 8 pagi. Tapi gitu mmi,, biasa anak kota. Ngaretnya sampai rusak ki itu karet. Hahahaa…ndak ji, juzt kidding.
Akhirnya berangkat jam 10:17 siang. Penjelajahan pun dimulai. Selain itu, hujan juga. Kurang ajar memang ini hujan, seperti yang pernah saya bilang sebelumnnya. Hujan itu beraninya maen kroyokan. Terpaksa kami singgah di warung untuk singgah-singgah ji, dingin kodong. Baru aco santainya mi ketawa-tawa karena pake jas ujan ji dia, curang mentong ki dia, hahahaha... Cokke tawwa simple-simpel ji, hujan ya hujan…tabrak saja, sebenarnya bisa ji iya kami lewat di sela-sela hujan, tapiii… ndak usah mi, ka kami ini kan punya solidaritas dengan pemotor yang lain yang tidak punya mantel (alas an kita’ itu). Ya dah ikut ma juga. Karena hujan ini bertubi-tubi datang, udah abis satu di tempat lain eh kroyokan lagi di tempat lain.
Karena saya sama cokke dah kedinginan, mungkin mau mi masuk batas hipotermia jadi nyanyi-nyanyi mi. yang paling heboh yaa lagu dangdut. Terajaanaa….terajaanaa… trus aco juga menjadi gila, ia hilang kembali. Abis ngelambung dikit bergaya lagi tawwa lepas-lepas stir motor. Sambil bergaya kayak orang berenang. Amma’ hancurnya waktu itu, sampai ketawa-ketawa. Lanjut, pas motong jalan di bulu dua. Kabut juga menyambut kami dengan putihnya yang menghalangi pandangan. Tapi enak mi waktu udah lewati perbatasan di puncaknya. Turunan terus dan muluslah jalanan, meski ada ji juga jalanan yang masih panuan.
Ternyata soppeng itu jauh sekali, apalagi lejja tempat kami mau nurani. Saya hampir putus asa karena kami sudah hampir kemalaman. Gimana tidak, jam sepuluh berangkat jam empat sampai di lejja. Tapi enak ki tempatnya di sana. Ada satu tempat di resort itu yang paling saya sukai. Di teras bagian samping. Wizzzz….. anginnya enak, pemandangannya bagus, ndak panas…mmm…yayaya…surge dunia. Seben ji di sana. Trus kami para pria pengelana ini pulang jam lima. Lebih enak ternyata lewat pare-pare daripada lewat di bulu dua. Kenapa ndak lewat sana saja. Lebih jauh memang tapi mulus ki jalannya. Dan paling mantap itu motornya kak kudra, hematnyaaa minta ampun. Dari lejja masih bisa tahan itu bensinnya ampai di pare-pare, padahal udah di red line (goo….goo..goo…motornya kak kudra).
Di pare-pare, singgah ki dorang cokke dengan aco. Na saya, gelisah pengen pulang karena gara-gara itu mi, kunci motor hilang, mentong ini cua. Kenapa ndak gantung kunci di spionnya. Oh ya…makasih kak cokke dah ngajak makan malam di rumah ta’. Next, Di perjalanan pulang, (karena saya sendirian mi ja pulang ke Makassar) saya kehujanan. Padahal awal-awalnya masih enak-enak ji. Mulus dan tak ada hujan. Baru ji barru na turun hujan, sampai di Makassar. Bayangkan mi itu, mulai dari barru, pangkep, maros, dan Makassar. Kehujanan trus, ndak pake mantel lagi. Itu juga lampu motor yang biasa tiba-tiba mati di tengah jalan. Jadinya, sampai di rumahnya ari saya basah kuyup. Untung ari buatkan energen + selimut kecil, tapi kurang hangat ki bela.
Besoknya….waaa….dimarahi k’ gara-gara itu kunci motor. Alasannya to, “anu, lagi buru-buru k’ jadi saya agak ceroboh gantungnya. Tapin tenang ko cuboo, ndak ada ji kau ku bilang. Umbara nakua sangmane, tongan moraka to’? Yaa…yaa…ya…. Itu mi toda’ tadi sedikit ceritaku yang menyenangkan tapi menyedihkan (eh bagaimana mi itu?). kapan-kapan berbagi cerita lagi.
Salam
By the way, kemaren (Minggu, 31-01-2010) cokke’, aco, dan saya pergi ceklok di soppeng. Tepatnya di lejja, dan paling tepatnya di villanya vita. Kalo ndak salah hakata resort namanya. Astafirullah…. Bagusnya itu villa. Tapi sebelum cerita itu villa ada baiknya kalo dicerita dari awal permulaannya, ok ga’?
All right, karena dulu saya pernah ceklok di tabo-tabo yang di pangkep. Memang enak ki -dan tabo-tabo. Lewat maros - pangkep sana, aco sama doddy yang mimpin ekspedisi…hahahaha…. Saya kodonk sama cubo hanya terpana, terpaku, dan kemudian terpalu melihat apa yang di jalanan.
Memang agak jauh ki masuk ketika belok mi pangkep, tapi lumayanlah jalanannya baik. Dan sampai di dalam kayak agak keramatki saya lihat itu tempat apalagi ada dua rumah kosong yang, mmmm…. Kata-kata yang dilukis di situ saja menakutkan. Hahahahahaha…… hutan betul ki tempatnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan penduduk. Tapi ndak jadi ki di situ karena mahal sekali. Masa sewa tempat saja ampe empat juta. Wooww…
Yup, kembali lagi ke cerita awal dimana adam dan hawa diciptakan. Wkwkwkwk,,,… kenapa lari ke situ yaa.. ok, karena saya kira itu soppeng ndak terlalu jauh jadi saya accept mi kalo saya pengen ikut ke sana. Saya coba Tanya-tanya, eh jauh ka itu soppeng? Jauh ka? Mereka bilang memang jauh sekitar 2oo-an km. tapi ndak terlalu percaya ka. perasaan kalo dari toraja dilewati ji itu.
Jadi..ahh bodo amat, yang penting ikut dan bisa jalan-jalan. Inilah rute perjalanan kami: makassar - maros - pangkep - barru - trus motong ke bulu dua (betul mi k namanya itu? Itu ji dua nya yang ku ingat. Pokoknya motong gunung deh) - soppeng - dan terdampar di lejja. Perjalanan yang sangat panjang. Kemarin itu rencana berangkat jam 8 pagi. Tapi gitu mmi,, biasa anak kota. Ngaretnya sampai rusak ki itu karet. Hahahaa…ndak ji, juzt kidding.
Akhirnya berangkat jam 10:17 siang. Penjelajahan pun dimulai. Selain itu, hujan juga. Kurang ajar memang ini hujan, seperti yang pernah saya bilang sebelumnnya. Hujan itu beraninya maen kroyokan. Terpaksa kami singgah di warung untuk singgah-singgah ji, dingin kodong. Baru aco santainya mi ketawa-tawa karena pake jas ujan ji dia, curang mentong ki dia, hahahaha... Cokke tawwa simple-simpel ji, hujan ya hujan…tabrak saja, sebenarnya bisa ji iya kami lewat di sela-sela hujan, tapiii… ndak usah mi, ka kami ini kan punya solidaritas dengan pemotor yang lain yang tidak punya mantel (alas an kita’ itu). Ya dah ikut ma juga. Karena hujan ini bertubi-tubi datang, udah abis satu di tempat lain eh kroyokan lagi di tempat lain.
Karena saya sama cokke dah kedinginan, mungkin mau mi masuk batas hipotermia jadi nyanyi-nyanyi mi. yang paling heboh yaa lagu dangdut. Terajaanaa….terajaanaa… trus aco juga menjadi gila, ia hilang kembali. Abis ngelambung dikit bergaya lagi tawwa lepas-lepas stir motor. Sambil bergaya kayak orang berenang. Amma’ hancurnya waktu itu, sampai ketawa-ketawa. Lanjut, pas motong jalan di bulu dua. Kabut juga menyambut kami dengan putihnya yang menghalangi pandangan. Tapi enak mi waktu udah lewati perbatasan di puncaknya. Turunan terus dan muluslah jalanan, meski ada ji juga jalanan yang masih panuan.
Ternyata soppeng itu jauh sekali, apalagi lejja tempat kami mau nurani. Saya hampir putus asa karena kami sudah hampir kemalaman. Gimana tidak, jam sepuluh berangkat jam empat sampai di lejja. Tapi enak ki tempatnya di sana. Ada satu tempat di resort itu yang paling saya sukai. Di teras bagian samping. Wizzzz….. anginnya enak, pemandangannya bagus, ndak panas…mmm…yayaya…surge dunia. Seben ji di sana. Trus kami para pria pengelana ini pulang jam lima. Lebih enak ternyata lewat pare-pare daripada lewat di bulu dua. Kenapa ndak lewat sana saja. Lebih jauh memang tapi mulus ki jalannya. Dan paling mantap itu motornya kak kudra, hematnyaaa minta ampun. Dari lejja masih bisa tahan itu bensinnya ampai di pare-pare, padahal udah di red line (goo….goo..goo…motornya kak kudra).
Di pare-pare, singgah ki dorang cokke dengan aco. Na saya, gelisah pengen pulang karena gara-gara itu mi, kunci motor hilang, mentong ini cua. Kenapa ndak gantung kunci di spionnya. Oh ya…makasih kak cokke dah ngajak makan malam di rumah ta’. Next, Di perjalanan pulang, (karena saya sendirian mi ja pulang ke Makassar) saya kehujanan. Padahal awal-awalnya masih enak-enak ji. Mulus dan tak ada hujan. Baru ji barru na turun hujan, sampai di Makassar. Bayangkan mi itu, mulai dari barru, pangkep, maros, dan Makassar. Kehujanan trus, ndak pake mantel lagi. Itu juga lampu motor yang biasa tiba-tiba mati di tengah jalan. Jadinya, sampai di rumahnya ari saya basah kuyup. Untung ari buatkan energen + selimut kecil, tapi kurang hangat ki bela.
Besoknya….waaa….dimarahi k’ gara-gara itu kunci motor. Alasannya to, “anu, lagi buru-buru k’ jadi saya agak ceroboh gantungnya. Tapin tenang ko cuboo, ndak ada ji kau ku bilang. Umbara nakua sangmane, tongan moraka to’? Yaa…yaa…ya…. Itu mi toda’ tadi sedikit ceritaku yang menyenangkan tapi menyedihkan (eh bagaimana mi itu?). kapan-kapan berbagi cerita lagi.
Salam
lumayan aneh...
ReplyDelete