Sunday 4 July 2010

Pengemis di Kampus

No comments:
 



Kehidupan sekarang ini memang sangat keras. Itu bukan hanya terjadi pada sebagian orang saja, tapi semua orang. Setiap individu harus berjuang mempertahankan kelangsungan kehidupan mereka. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa kita memang harus mengikuti arus kehidupan seperti itu.

Banyak contoh yang dapat kita ambil dalam hal seperti ini. Salah satunya adalah mereka yang menjadi pengemis yang berkedok sebagai peminta sumbangan untuk pembangunan suatu bangunan publik yang mulai muncul belakangan ini di kampus (sebut saja kampus xxx,di kawasan Indonesia timur). Orang yang selalu berpakaian lusuh, lewat di sekitar kita meminta sedekah sebagai amal. Tapi ternyata mereka memakainya untuk mempertahankan hidup. Entah itu anak-anak ataupun orang dewasa. 

Terkadang kita selalu mengeluhkan mereka yang datang meminta-minta. Karena bagi kita, kadang uang itu digunakan hanya untuk kepentingan lain, bukan untuk apa yang mereka katakan ataupun yang mereka lampirkan pada surat yang diperlihatkan. Itulah salah satu penyebab orang menganggap mereka seperti itu, dikucilkan.

Seperti yang kita ketahui bersama, pengemis saat ini sudah semakin banyak akalnya dalam melakukan aktifitas mereka. Kebanyakan dari mereka memanipulasi surat-surat yang dipakai sebagai bukti yang memperkuat bahwa mereka itu memang benar meminta sumbangan. Tapi benarkah semuanya itu? Siapa yang tahu. Bukan hanya di tempat-tempat umum ataupun di rumah-rumah, di lingkungan kampus pun terjadi yang demikian.

Bertolak dari semua hal di atas, dapat juga kita melihat kehidupan mereka yang sesungguhnya. “Sebenarnya apa yang kami lakukan sekarang ini bukan atas dasar kemauan kami sendiri. Kami sebenarnya ingin melakukan pekerjaan lain yang lebih layak dari yang sekarang, tapi keadaan yang memaksa dan kemampuan kerja kami yang tidak memadai” tutur salah seorang pengemis yang biasanya beroperasi di sekitaran kampus. 

Ibu Ita (nama samaran) adalah salah satu contoh dari banyaknya pengemis yang mencari nafkah di Makassar. Ibu yang memiliki dua orang anak ini mengatakan kalau ia sudah mulai mengemis sejak dua setengah tahun yang lalu. Saat ditanya apakah senang dengan profesi seperti ini, dia hanya tertawa kecil dan mengatakan kalau pekerjaan ini tidak terlalu buruk baginya. Ada susah dan ada senangnya, ya, itulah hidup.

“Saya sendiri tetap memilih seperti ini karena kondisi kami yang sulit untuk diterima dalam bekerja. Jangankan untuk diterima dalam pekerjaan, niat untuk berjualan saja saya urungkan karena banyak dari kami tidak mempunyai modal. Belum lagi harus bayar itu dan ini” tuturnya. “Apalagi penghasilan kami dari kerjaan ini hanya cukup untuk makan kami sehari-hari”.

Lalu pertanyaan yang muncul adalah mengapa mereka tiba-tiba muncul di sekitaran kampus untuk mengemis? Apakah sudah tidak ada tempat lain, ataukah mereka melihat banyak sumber penghasilan yang bisa didapatkan di tempat tersebut? Banyak persepsi yang muncul dalam kasus ini. Salah satu diantaranya adalah karena mereka melihat dan merasakan kalau mahasiswa bisa dijadikan sebagai sumber pendapatan yang empuk bagi mereka. Yang bermain di sini adalah perasaan simpati dari mahasiswa yang iba melihat mereka. Itulah yang menjadi titik lemah yang bisa dimanfaatkan oleh mereka.

Sebagai mahasiswa, banyak pula tanggapan yang muncul. Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya pengemis itu seharusnya ditertibkan saja, jangan sampai dibiarkan begitu saja. Opini lain menyebutkan kalau pihak kampuslah yang seharusnya turun langsung ke lapangan menangani hal ini. Itulah yang sempat terlontar dari beberapa mahasiswa yang sempat melihat pengemis kampus berkeliaran.

Kasus seperti ini tidak boleh dilihat dari satu sudut  pandang saja. Yang juga perlu dipertanyakan adalah pihak universitas. Bagaimana mereka menanggapi akan kejadian ini, pengemis berkeliaran di lingkungan pelajar. Apakah tidak ada tindak lanjut dari mereka? Apa yang kata orang luar seandainya mereka tahu kalau di unhas banyak terdapat pengemis. Sangat disayangkan. Belum lagi keadaan Negara kita dan kota Makassar yang katanya kota terbesar di kawasan Indonesia timur. Begitu besar sumber daya alam kita, namun angka kemiskinan semakin meraja lela. Hal ini pastinya tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah.

No comments:

Post a Comment

Komentar Anda mewakili siapa Anda
Be Your Self !